Minggu, 29 November 2015

Makalah prasangka diskriminasi dan etnosentrisme



TUGAS III
ILMU SOSIAL DASAR
PRASANGKA, DISKRIMINASI, DAN ETNOSENTRISME


DISUSUN OLEH :
NAYLA AZKA
15315016
FTSP UNIVERSITAS GUNADARMA 2015
DOSEN : EMILIANSYAH BANOWO




KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puja dan Puji hanya layak tercurahkan kepada Allah SWT. , berkat limpahan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah yang berjudul PRASANGKA, DISKRIMINASI, DAN ETNOSENTRISME  ini diajukan untuk memenuhi tugas ilmu budaya dasar.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu penyusunan ini, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah tepat waktu. Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan yang mendasar. Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan untuk makalah ini.
            Semoga makalah yang sederhana ini dapat dipahami, dan memberikan informasi bagi pembaca. Sebelumnya penyusun mohon maaf apabila ada kesalahan kata atau kata yang kurang berkenan dalam makalah ini.

Depok, Okteober 2015

                                                                                                                        Nayla Azka
Daftar Isi :
Kata Pengantar ...................................................................................................................       I
Daftar Isi...............................................................................................................................       II
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................       4
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................        4
1.3 Tujuan Masalah ...................................................................................................        4
Bab II Pembahasan
2.1 Prasangka  ...........................................................................................................        5
2.2 Diskriminasi ........................................................................................................        6
2.3 Etnosentrisme .....................................................................................................        6   
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan .........................................................................................................       8
3.2 Daftar Pustaka ....................................................................................................       8





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang 
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk karena terdiri atas berbagai suku  bangsa,adat istiadat, bahasa daerah,serta agama yang berbeda beda. Keanekaragaman tersebut terdapat di berbagai wilayah yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Setiap suku bangsa di Indonesia mempunyai kebiasaan hidup yang berbeda beda. Kebiasaan hidup itu menjadi budaya serta ciri khas suku bangsa tertentu.Keragaman tersebut di satu sisi, kita mengakuinya sebagai khazanah  budaya yang bernilai tinggi. Akan tetapi di sisi lain,ketika dua karakter sosial dan budaya  bertemu, membuat mereka benar-benar menjadi dua suku berbeda, seperti air dan minyak, Banyak pihak juga yang menilai bahwa masyarakat Indonesia saat ini merupakan masyarakat yang senang menduga-duga atau berprasangka.Penilaian itu tentu bukan tanpa dasar.Saat ini masyarakat Indonesia memiliki kecurigaan yang akut terhadap segala sesuatu yang berbeda atau dikenal dengan istilah heterophobia. Segala sesuatu yang baru dan berbeda dari umumnya orang akan ditanggapi dengan penuh kecurigaan termasuk antar suku atau etnis. Kehadiran anggota kelompok yang berbeda apalagi berlawanan akan dicurigai membawa misi-misiyang mengancam. Ada juda yang diskriminatif, dan etnosentrisme.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dmaksud perbedaan?
2.      Apa yang dimaksud diskriminasi?
3.      Apa yang dimaksud etnosentrisme?

C.    Tujuan Masalah
Untuk menetahui pengertian dari perbedaan, diskriminasi, dan etnosetrisme. Untuk mengetahui perbedaan, diskriminasi, dan etnosentrisme di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN
1.      Prasangka.
            Prasangka sosial (social prejudice) merupakan gejala psikologi sosial. Prasangla sosial ini merupakan masalah yang penting dibahas di dalam intergroup relation. Prasangka sosial atau juga prasangka kelompok yaitu suatu prasangka yang diperlihatkan anggota-anggota suatu kelompok terhadap kelompok-kelompok lain termasuk di dalamnya para anggotanya.

Beberapa ahli meninjau pengertian prasangka sosial dari berbagai sudut :

a.       Feldman (1985)
Prasangka sosial adalah sikap negatif terhadap kelompok sosial tertentu yang hanya didasarkan pada keanggotaan mereka dalam kelompok itu.

b.       Mar’at (1981)
Prasangka sosial adalah dugaan-dugaan yang memiliki nilai positif atau negative tetapi dugaan itu lebih bersifat negative.

c.        Kimball Young
Prasangka adalah mempunyai ciri khas pertentangan antara kelompok yang ditandai oleh
kuatnya ingroup dan outgroup.

d.      Sherif and Sherif
Prasangka sosial adalah suatu sikap negatif para anggota suatu kelompok, berasal dari norma mereka yang pasti kepada kelompok lain beserta anggotanya.
Dari pendapat-pendapat para ahli tersebut mempunyai kecenderungan bahwa prasangka sosial adalah suatu sikap negatif yang diperlihatkan oleh individu atau kelompok terhadap individu lain atau kelompok lain.

2.      Diskriminasi.
            Diskriminasi ialah perlakuan pembedaan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung atau tak langsung terhadap orang atau kelompok dengan didasarkan pada gender,ras, agama,umur, status sosial, status ekonomi, bahasa, keyakinan politik, atau karakteritik yang lain.

 Penyebab timbulnya Diskriminasi
·         Diskriminasi timbul akibat dari latar belakang sejarah.
·         Diskriminasi timbul akibat Perkembangan sosio-kultural dan situasional.
·         Diskriminasi bersumber dari factor kepribadian.
·         Diskriminasi timbul akibat perbedaan keyakinan, kepercayaan dan agama.

Usaha-usaha mengurangi/menghilangkan diskriminasi
·         Perbaikan kondisi social ekonomi.
·         Perluasan kesempatan belajar.
·         Sikap terbuka dan sikap lapang.

Contoh Kasus Diskriminasi
Seorang anak pengusaha kaya serba di “anak emaskan” di sekolahnya dan serba di dahulukan ketimbang anak seorang yang biasa biasa saja.

3.      Etnosentrisme.
 Etnosentrisme adalah kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri  sebagai suatu yang prima, yang terbaik, mutlak dan dipergunakannya sebagai tolak ukur untuk membedakannya dengan kebudayaan lain.

Etnosentrisme nampaknya merupakan gelaja sosial yang bersifat universal dan secara tidak sadar telah kita lakukan. Dengan demikian etosentrisme merupakan kecenderungan tak sadar untuk menilai atau membandingkan budaya yang satu dan yang lainnya. Etnosentrisme merupakan bisa dibilang dasar ideologi dari chauvinisme pada saat era seorang Hittler karena menganggap bangsanya ( Jerman ) merupakan bangsa yang paling kuat, tangguh dan berkuasa.

Baik sifat diskriminasi dan etnosentrisme bisa dibilang merupakan bagian dari masalah masalah sosial yang sebaiknya kita hindari karena dapat memecah persatuan dan kesatuan bangsa kita.

Etnosentrisme memiliki 2 tipe :

Etnosentrisme Fleksibel
             Seseorang yang memiliki etnosentrisme ini dapat belajar cara-cara meletakkan etnosentrisme dan persepsi mereka secara tepat dan bereaksi terhadap suatu realitas didasarkan pada cara pandang budaya mereka serta menafsirkan perilaku orang lain berdasarkan latar belakang budayanya.

Etnosentrisme Infleksibel
            Etnosentrisme ini dicirikan dengan ketidakmampuan untuk keluar dari perspektif yang dimiliki atau hanya bisa memahami sesuatu berdasarkan perspektif yang dimiliki dan tidak mampu memahami perilaku orang lain berdasarkan latar belakang budayanya.
Contoh Etnosentrisme di Indonesia :
Salah satu contoh etnosentrisme di Indonesia adalah perilaku carok dalam masyarakat Madura. Menurut Latief Wiyata, carok adalah tindakan atau upaya pembunuhan yang dilakukan oleh seorang laki-laki apabila harga dirinya merasa terusik. Secara sepintas, konsep carok dianggap sebagai perilaku yang brutal dan tidak masuk akal. Hal itu terjadi apabila konsep carok dinilai dengan pandangan kebudayaan kelompok masyarakat lain yang beranggapan bahwa menyelesaikan masalah dengan menggunakan kekerasan dianggap tidak masuk akal dan tidak manusiawi. Namun, bagi masyarakat Madura, harga diri merupakan  konsep yang sakral dan harus selalu dijunjung tinggi dalam masyarakat. Oleh karena itu, terjadi perbedaan penafsiran mengenai masalah carok antara masyarakat Madura dan kelompok masyarakat lainnya karena tidak adanya pemahaman atas konteks sosial budaya terjadinya perilaku carok tersebut dalam masyarakat Madura. Contoh etnosentrisme dalam menilai secara negatif konteks sosial budaya terjadinya perilaku carok dalam masyarakat Madura tersebut telah banyak ditentang oleh para ahli ilmu sosial.

Contoh yang lain adalah kebiasaan memakai koteka bagi masyarakat papua pedalaman. Jika dipandang dari sudut masyarakat yang bukan warga papua pedalaman, memakai koteka mungkin adalah hal yang sangat memalukan. Tapi oleh warga pedalaman papua, memakai koteka dianggap sebagai suatu kewajaran, bahkan dianggap sebagai suatu kebanggan.





















BAB III
KESIMPULAN
Prasangka, diskriminasi, dan etnosentrisme tidak baik untuk kita dan lingkungan kita. Sebaiknya kita menjauh dari perbuatan perbuatan seperti prasangka buruk, diskriminasi, etnosentrisme dan kita harus saling menghargai terhadap sesama.
DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar